Geliat Ekonomi Halal di Kampung Eks Sarang Narkoba

WACANADAILY.COM  Sempat menyandang status sebagai pusat peredaran Narkoba di Kota Medan, Kampung Kubur yang terletak di Jalan H. Zainul Arifin mulai berbenah merubah stigma negatifnya, dimulai dengan perubahan nama menjadi Kampung Sejahtera.

Banyak harapan yang mereka apulkan dari perubahan nama tersebut. Salah satunya harapan kiranya warga semakin sejahtera, pascamerosotnya ekonomi akibat masifnya warga memakai narkoba. Saat itu ada 80 persen penduduk di wilayah tersebut memakai narkoba.

Perubahan ini berawal dari gagasan Kapolrestabes Medan, Mardiaz Kusin pada Tahun 2016 yang berniat memberantas peredaran narkoba di Kota Medan. Daerah ini menjadi target operasi karena merupakan pusat peredaran narkoba paling besar di tahun tersebut.

Menurut pengakuan H. Marsyam (81) salah satu tokoh masyarakat Kampung Sejahtera tidak mudah memberantas narkoba di daerah mereka, pasalnya sebagian masyarakat bekerjasama dengan para bandar yang mempunyai pengaruh besar.

“Mereka memiliki Backing, kita takut melaporkannya, namun tidak sedikit juga warga yang menginginkan perubahan terjadi di kampung Kubur dengan memberantas narkoba hingga ke akar-akarnya,” ujar H. Marsyam pada Sabtu 29 Mei 2021 kepada wartawan wacanadaily.com

Meski dipenuhi ancaman, sejumlah tokoh masyarakat pun memberanikan diri melaporkan bandar dan pengedar. Namun mereka membuat laporan dengan sembunyi-sembunyi. Saat laporan ini diterima polisi, sejumlah bandar narkoba ditangkapi.

Pada awalnya pihak kepolisian mengalami kesulitan, butuh waktu 4 Tahun untuk bisa memberantas Narkoba di Kampung Sejahtera karena hampir semua warga terlibat. Tak sedikit warga yang turut ditangkap. Namun ada juga yang berhenti setelah direhab dan sadar sendirii.

“Semenjak beralih nama menjadi Kampung Sejahtera, kini masyarakat pun mulai hidup normal, dengan menjadi pedagang kecil dengan membuka kios dan menjajakan kue kering dan basah,” ujar H. Marsyam.

Baca Juga :   Bolu Stim Menara Jadi Alternatif Baru Oleh-oleh Khas Medan

Seorang Kepala Lingkungan I Kampung Sejahtera, Kelurahan Petisah Tengah, Safriadi membenarkan pemaparan warganya. Namun dalam ceritanya para warga saat ini semakin sadar akan bahaya penggunaan narkoba.

“Kita akui, saat ini narkoba belum hilang 100 persen di Kampung Sejahtera, namun tokoh-tokoh agama tetap gencar menggelar sosialisasi, pengajian untuk menyadarkan masyarakat dari pengaruh narkoba,” kata Safriadi 

Kini suasana Kampung Sejahtera menjadi bersih, masyarakata hidup dengan damai dan aman dengan rata-rata menjadi pedagang. Warga pun kini sudah rutin melakukan pengajian untuk menguatkan mereka supaya tak masuk jurang kegelapan tersebut.

Geliat Ekonomi Halal di Kampung Eks Sarang Narkoba
Intan (34), pedagang mie sop di Kampung Sejahtera saat menjaga dagangannya, Sabtu (28/5/2022). Ia sudah mulai berdagang sejak berada di kursi Sekolah Dasar (SD).(Wacanadaily.com/Rechtin Hani)

Hidup dengan Berdagang

Gerobak makanan dan rak sayur-sayuran banyak menghiasi beberapa sisi lorong jalan di Kampung Sejahtera. Hal ini terjadi karena kini Mayoritas warga di Kampung ini mencari nafkah dengan berdagang. Mulai dari berdagang sayur mayur, sembako, warung makan hingga usaha kos-kosan.

“Hampir semua warga yang tinggal di sini berjualan. Saya sudah dari kecil tinggal di sini dan sudah belajar berjualan sejak masih SD,” ujar Intan, seorang warga di Kampung Sejahtera 

Namun sejak pandemi covid-19 melanda, warga Kampung Sejahtera sempat mengalami kesusahan. Dagangan mereka banyak yang tak laku, lantaran pembatasan yang dilakukan oleh pemeritah Kota Medan. Tetapi kini ekonomi mereka kian membaik, setelah pembatasan aktivitas sudah melonggar.

“Kalau dibandingkan dengan sembelum pandemi, jauh lebih enak dan banyak untung. Masih ramai warga beraktivitas, jadi banyak juga yang membeli dagangan kami. Sekarang tidak terlalu ramai, tapi sudah adalah anak-anak kos yang mulai berseliweran dan membeli Misop. Kadang juga warga sekitar sini,” ucapnya.

Intan berjualan di samping rumah ibunya sejak satu tahun yang lalu. Sebelumnya ia berdagang di Pasar Hindu dan ikut suami tinggal di daerah Kesawan. Sebagai pedagang kaki lima, Intan harus angkat kaki karena penertiban yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sekitar pertengahan tahun lalu.

Baca Juga :   Pengakuan Eks Bandar Narkoba Kampung Kubur: Saya Kembali untuk Membangun

Ia pun pindah ke lokasi milik ibunya dan berjualan Misop serta minuman anak-anak. Meskipun serba pas-pasan, Intan menghidupi anak-anaknya yang masih kecil dengan hasil berdagang. “Suami saya dirumahkan semenjak pandemi, membuat kondisi ekonomi semakin parah. Ya satu-satunya penghasilan berasal dari berjualan ini,” katanya.

Berdasarkan data Kantor Lurah Petisah Tengah tahun 2013, jumlah penduduk yang bekerja sebagai pedagang berjumlah 402 jiwa. Jumlah ini tertinggi dibandingkan tiga mata pencaharian lainnya yakni buruh sebesar 97 jiwa, PNS 80 jiwa dan pegawai swasta sebesar 38 jiwa.

Geliat Ekonomi Halal di Kampung Eks Sarang Narkoba

Usaha Kos-kosan Kian Menggeliat

Usaha kos-kosan untuk mahasiswa dan pekerja juga menjamur di Kampung Sejahtera. Banyak warga yang membangun rumah bertingkat dan kamar-kamar untuk dijadikan rumah kos bagi sales dan pekerja yang berasal dari luar kota.

Tak hanya yang memiliki rumah sendiri, sebagian dari pengusaha kos-kosan ini juga menyewa rumah untuk dijadikan kamar kos. Seperti yang dilakukan Ita (52), seorang wanita paruh baya yang awal tahun 2022 baru kembali ke Kampung Sejahtera. Sebelumnya, ia merantau ke Malaysia untuk bekerja sebagai pelayan.

Saat kembali ke daerah asalnya di Kampung Sejahtera, Ita melihat potensi usaha kos-kosan untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Memang sejak beberapa tahun terakhir kos-kosan di sini semakin banyak. Karena di sekitar sini kan daerah ekonomi, banyak toko, mal, biasa pekerja-pekerja itu pasti nyari kos-kosan,” kata dia.

Ita membuka tiga kamar kos-kosan di lantai dua rumah yang ia sewa. Kos-kosannya diisi oleh tiga orang pemuda yang bekerja di sekitar Jalan Zainul Arifin. Ia juga membantu sang kakak, Linda (65) yang berjualan kedai sayur.

“Dari sebelum merantau dan sesudah merantau, saya rasa perekonomian di sini enggak jauh berubah. Tetap banyak pedagang dan yang usaha rumahan,” katanya.

Baca Juga :   Masa Tenggang: Definisi, Keuntungan dan Perhitungan

Kepala Lingkungan Safriadi membenarkan mayoritas warga Kampung Sejahtera memilih untuk berdagang. Ia mengatakan, faktor penyebabnya beragam, mulai dari usia yang sudah melebihi batas untuk melamar kerja hingga warga yang lebih memilih untuk mengatur jam kerja sendiri. 

“Banyak faktor, kadang mereka sudah kelebihan umurnya mau melamar kerja. Tapi ada juga yang memang mau bekerja biar bisa sambil jaga anak, dan enggak harus keluar rumah,” ucapnya.

Selain itu, Safriadi menuturkan, banyaknya pekerja dan mahasiswa yang berdatangan di Kampung Sejahtera, menjadikan bisnis rumahan bisa menopang ekonomi masyarakat. “Sebenarnya di sini bisnis rumahan menjanjikan, karena banyak pendatang di sini, apalagi di sini pusat kota. Hanya saja perlu perkembangan lagi ke depannya,” pungkasnya.

Berita Selanjutnya Pengakuan Eks Bandar Narkoba Kampung Kubur: Saya Kembali untuk Membangun

(Anas/Hani)